Yohanes 16:16-24
Bacaan Alkitab Setahun:
Yosua 20-21
Sewaktu istri saya melahirkan anak sulung kami, ia menanggung kesakitan
yang luar biasa, hampir tak tertahankan. “Mau mati rasanya,” katanya.
Anehnya, begitu ia mendengar suara tangis perdana bayinya, rasa sakit
bersalin itu seakan-akan lenyap tertelan oleh sukacita yang tak
terkatakan. Ia merasa menjadi seorang perempuan yang sempurna karena
telah melahirkan seorang bayi.
Ketika mempersiapkan para murid menjelang penyaliban-Nya, Tuhan Yesus
mengingatkan bahwa mereka juga akan mengalami pengalaman dramatis. Mirip
dengan pengalaman seorang ibu yang melahirkan: kesakitan disusul dengan
sukacita. Murid-murid juga akan menanggung dukacita yang mendalam
karena kematian Guru mereka. Namun, dukacita mereka tidak akan
berlangsung selamanya. Tuhan mereka tidak akan seterusnya berada di
dalam kubur, tetapi akan bangkit dari antara orang mati. Dukacita mereka
digantikan oleh sukacita yang mengubahkan hidup secara radikal: dari
murid-murid yang ketakutan menjadi pemberita kabar baik yang tak takut
pada ancaman hukuman mati. Kematian bukan lagi ancaman bagi mereka
karena Tuhan mereka telah mengalahkan dosa dan maut.
Sebagai orang Kristen, kita bukan bersukacita karena segala keinginan
kita terpenuhi. Kita bersukacita karena kita telah diselamatkan oleh
kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Itulah sukacita yang kekal,
sukacita yang tidak dapat dirampas oleh penderitaan atau penganiayaan,
dan tidak binasa oleh sengat maut sekalipun. Bersukacitalah!
Jayapura, 20 Maret 2018
Salam dahsyat & semangat!
Ps. Gelphy Nartha
0 Komentar